Senin, 16 Mei 2016

dzalim


Zalim (Arab: ظلم, Dholim) adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin. Lawan kata zalim adalah adil.
Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dho la ma” (ظ ل م ) yang bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian pengertian zalim lebih luas maknanya ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah syirik.
Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.

Asal makna “zalim” ialah aniaya dan melampaui batas yang telah ditentukan. Arti “zalim” menurut ahli bahasa dan kebanyakan ulama ialah: Meletakkan sesuatu bukan pada semestinya (tempatnya), baik mengurangi, menambah, mengubah waktu, tempat dan letaknya”. Oleh karena itu kata kezaliman diartikan sebagai penyimpangan dari ketentuan atau melakukan dosa walaupun kecil. Di dalam kitab Hadits Qudsi; Pola Pembinaan Akhlak Muslim karya K.H.M. Ali Utsman, H.A.A. Dahlan & Prof. Dr. H.M.D. Dahlan (Sumber tulis banyak didasarkan atas kitab Adabul Ahadits Al Qudsiyah yang disusun oleh Dr. Ahmad Asyibashi. Pen) disebutkan bahwa sebagian Hukama (ahli filsafat Islam) membagi zalim menjadi tiga bagian:
  1. Kategori sifat zalim ( aniaya )

  • Kezaliman Manusia Terhadap Allah SWT
    Kezaliman dari jenis yang terbesar adalah kufur (me-ngingkari Allah), syirik (menyekutukan Allah), nifaq (me-nyembunyikan sikap kufur dengan memperlihatkan seolah-olah beriman). Firman Allah dalam Al Qur’an:
وَإِذْقَالَلُقْمَانُلِابْنِهِوَهُوَيَعِظُهُيَابُنَيَّلَاتُشْرِكْبِاللَّهِإِنَّالشِّرْكَلَظُلْمٌعَظِيمٌ
“…Janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
(Q.S. Luqman: 13)

  • Kezaliman Manusia Terhadap Sesama
    Yaitu berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain merugi karena perbuatannya, seperti ingkar janji, menebar fitnah karena dengki, membuat keonaran, perusakan di muka bumi dan sebagainya. Allah berfirman:
إِنَّمَاالسَّبِيلُعَلَىالَّذِينَيَظْلِمُونَالنَّاسَوَيَبْغُونَفِيالْأَرْضِبِغَيْرِالْحَقِّأُولَئِكَلَهُمْعَذَابٌأَلِيمٌ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”
(Q.S. Asy Syura: 42)
Dan orang-orang yang tidak mau bertaubat termasuk pula orang-orang yang zalim. Sebagaimana firman Allah SWT surat Al Hujarat ayat 11.

  • Kezaliman Manusia Terhadap Dirinya Sendiri
    Sesuai dengan firman Allah SWT :
… فَمِنْهُمْظَالِمٌلِنَفْسِهِ …
“ …Lalu di antara mereka ada yang menganiaya (menzalimi) diri mereka sendiri … ” (Q.S. Faatir : 32)
Dalam kitab Anta tasal wa Islam yujib (Anda bertanya dan Islam menjawab, terj.) karangan Prof. Dr. Muhammad Mutawalli Asy Sya’rawy, disebutkan bahwa yang dimaksud menzalimi diri sendiri ialah melakukan hal-hal yang dilarang Allah yang dapat merusak dirinya. Orang semacam ini akan mudah menurut ajakan syaithan, misalnya mencari rezeki dengan jalan yang haram.
Hal lain yang termasuk menzalimi diri sendiri misalnya, meminum-minuman keras (yang memabukkan), berjudi, bezina, candu Narkoba dan sejenisnya dan lain sebagainya yang dapat merusak dirinya, bahkan membahaya-kan keselamatan orang lain.
Seringkali orang yang melakukan kezaliman, ber-pura-pura berzikir kepada Allah, seolah-olah hendak menipu Allah. Padahal orang yang melakukan zikir yang sesungguh-nya, pasti akan menghentikan kezalimannya, dan mereka akan merasa enggan atau ngeri melakukan kezaliman. Orang yang seolah-olah berzikir itulah – tanpa disadarinya – yang telah menipu dirinya sendiri.
Allah berjanji akan selalu ingat kepada orang-orang yang senantiasa melanggengkan zikir kepada-Nya dengan melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya. Akan tetapi orang yang berpura-pura zikir kepada Allah disaat melakukan kezaliman atau nifaq, Allah akan mengingatnya dengan laknat atau mengutuknya.
Melaknat atau mengutuk berarti mengusir dan men-jauhkan dari rahmat-Nya, serta akan menumpahkan azab siksa-Nya kepada pezalim itu. Hal itu disebabkan perbuatan mereka sendiri, karena Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an surat Yunus ayat 44: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.”
Bagi mereka yang melakukan kezaliman, baik kezaliman itu terhadap Allah, terhadap sesama atau terhadap diri mereka sendiri, Allah telah memberikan peringatan keras, sebagaimana firman Allah yang disebutkan dalam Al Qur’an: “Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itulah Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasiq.”
(Q.S. Al Baqarah: 59)
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka. Kami selamatkan orang-orang yang me-larang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalau berbuat fasik.” (Q.S. Al A’raf: 165)
Menurut M. Farid Wadji dalam Mushaf Al Mufassar – Sebagaiman yang terdapat dalam kitab Hadits Qudsi – bahwa fasiq yang dimaksud adalah perbuatan yang me-nyimpang dari ketentuan yang telah Allah tetapkan. Karena itu di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut hukum yang telah Allah tetapkan, maka mereka adalah tergolong orang-orang yang fasiq dan zalim. (Lihat Al Qur’an surat Al Maidah ayat 44-47).
Marilah kita hindari perbuatan, sikap dan sifat yang mengarah kepada kezaliman, karena hal itu sangat merugikan diri kita sendiri, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari sikap dan sifat zalim, apakah zalim terhadap Allah, zalim terhadap sesama makhluk Allah atau zalim terhadap diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar